BISNIS DENGAN TANTE GIRANG dan KONTOL PANJANG GEDE BANGET

Cerita Panas Terbaru – cerita seks adalah cerita mesum bermula pada Jam lima pagi, aku terjaga lagi. Kali ini terasa agak dingin dihembus kipas angin dari atas. Kuambil selimut sambil melihat Tante yang masih berposisi telanjang bongkok udang. Hal ini menarikku untuk memeluknya dari belakang. Kutebarkan selimut lebar itu hingga menutupi tubuh kami berdua. Tangan kiri kusisipkan di bawah badannya dan tangan kananku kupelukkan melingkupi dadanya. Pinggulku kulekatkan ke arah pantatnya, sehingga otomatis zakarku menempel di situ pula, di sela-sela paha belakangnya.Dasar darah mudaku masih panas, sejenak kemudian burung kecilku sudah jadi ‘garuda’ perkasa yang siap tempur lagi. Kugerak-gerakkan menusuki sela-sela paha belakang Tante. Tanganku pun tidak tinggal diam dan mulai memelintir puting Tante kiri-kanan seraya meremas-remas gumpalan kenyal itu. Kontan mendapat perlakuan seperti itu Tanteku terbangun dan bereaksi.“Sudah, Ron..! Jangan lagi..!” tubuh Tante beringsut menjauhiku, namun aku tetap memeluknya erat. Bahkan dengkulku sekarang berupaya membuka pahanya dari belakang. Tante beringsut menjauh lagi dan kedua tangannya berusaha melepas pelukanku. “Jangan, Ron..! Aku ini Tantemu.” rintihnya sambil tetap membelakangiku.

“Tapi, tadi kita sudah melakukannya, Tante?” tanyaku tidak mengerti. Pelukanku tetap. “Ya. Ta.. tadi Tante.. khilaf..” “Khilaf..? Tapi kita sudah melakukannya sampai dua kali Tante?” aku tidak habis mengerti. Kulekatkan lagi zakarku ke pantatnya. Tante menghindar.“Ii.. ya, Ron. Tante tadi benar-benar tak mampu.. menahan nafsu.. Tante sudah lama tidak melakukan ini sejak Oom-mu meninggal. Dan sekarang kamu merangsang Tante sampai Tante terlena.” “Masak terlena sampai dua kali?” “Yang pertama memang. Tante baru terbangun setelah.., Roni mem.. memasuki Tante. Tante mau melawan tapi tenagamu kuat sekali sampai akhirnya Tante diam dan malah jadi terlena.”“Kalau yang kedua, Tante..?” tanyaku ingin tahu sambil mendekap lebih erat. Tante menghindar dan menepisku lagi. “Kamu mencium bibir Tante. Di situ lah kelemahan Tante, Ron. Tante selalu terangsang kalau berciuman..” “Oh, kalau begitu Tante kucium saja sekarang ya..? Biar Tante bernafsu lagi.” pintaku bernafsu sambil berupaya memalingkan wajah Tante. Tapi Tante menolak keras. “Jangan, Ron..! Sudah cukup. Kita jangan berzinah lagi. Tante merasa berdosa pada Oom-mu. Hik.. hik.. hik..” Tante terisak. Aku jadi mengendurkan serangan, meski tetap memeluknya dari belakang.Kemudian kami terdiam. Dalam dekapanku terasa Tante sedang menangis.

Tubuhnya berguncang kecil. “Ya sudah, Tante. Sekarang kita tidur saja. Tapi bolehkan Roni memeluk Tante seperti ini..?” Tidak kuduga Tante justru berbalik menghadapku sambil membetulkan selimut kami dan berkata, “Tapi kamu harus janji tak akan menyetubuhi Tante lagi kan, Ron?” “Iya, Tante. Aku janji.., anggap saja Tante sekarang sedang memeluk anak Tante sendiri.”Sekilas kulihat bibir Tante tersenyum. Di bawah selimut, aku kembali memeluknya dan kurasakan tangan Tante juga memelukku. Buah dada besarnya menekan dadaku, tapi aku mencoba mematikan nafsuku. photomemek.com Zakarku, meski menyentuh pahanya, juga kutahan supaya tidak tegang lagi. Wajah kami berhadap-hadapan sampai napas Tante terasa menerpa hidungku. Matanya terpejam, aku pun mencoba tidur.Mungkin saking lelahnya, dengan cepat Tante terlelap lagi. Namun lain halnya dengan aku. Terus terang, meski sudah berjanji, mana bisa aku mengekang terus nafsu birahiku, terutama si ‘garuda’ kecilku yang sudah mulai mengepakkan sayapnya lagi. Dengan tempelan buah dada sebesar itu di dada dan pelukan hangat tubuh polos menggairahkan begini, mana bisa aku tidur tenang? Mana bisa aku menahan syahwat? Jujur saja, aku sudah benar-benar ingin segera menelentangkan Tante, menusuk dan memompanya lagi!Tapi aku sudah janji tidak akan menyetubuhinya lagi. Mestikah janji ini kuingkari? Apa akal? Bisakah tidak mengingkari janji tapi tetap dapat menyebadani Tante? Benakku segera berputar, dan segera ingat kata-kata Tante tadi bahwa dia paling mudah terangsang kalau dicium. Mengapa aku tidak menciumnya saja? Bukankah mencium tidak sama dengan menyetubuhi?Ya, pelan tapi pasti kusisipkan kaki kiri di bawah kaki kanan Tante, sedang kaki kananku kumasukkan di antara kakinya sehingga keempat kaki kami saling bertumpang tindih. Aku tidak perduli zakarku yang sudah jadi tonggak keras melekat di pahanya. Kurapatkan pelukan dan dekapanku ke tubuh Tante, wajahku kudekatkan ke wajahnya dan perlahan bibirku kutautkan dengan bibirnya.

Lidahku kembali berupaya memasuki rongga mulutnya yang agak menganga. Aku terus bertahan dengan posisi erotis ini sambil agak menekan bagian belakang kepala Tante supaya pertautan bibir kami tidak lepas. Dan usahaku ternyata tidak sia-sia. Setelah sekitar 30 menit kemudian, tubuhku mulai pegal-pegal, kurasakan gerakan lidah Tante. Serta merta gerakannya kubalas dengan jilatan lidah juga. “Emm.. emm.. mm..” desis Tante sambil membelit lidahku.Kepalanya kutekan makin kuat dan aku berusaha menyedot lidahnya hingga masuk ke mulutku. Kukulum lidahnya dan kupermainkan dengan lidahku. Kusedot, kusedot dan kusedot terus sampai Tante agak kesakitan, lalu kubelit-belit lagi dengan lidahku. Ya, silat lidah ini berlangsung cukup lama dan ketika tanpa sengaja pahaku menyenggol vagina tante, terasa agak basah. Pasti Tante terangsang, pikirku. Tapi aku tidak mau memulai, takut melanggar janji. Biar Tante saja yang aktif.Maka aku pun berusaha menambah daya rangsang pada diri Tante. Pelan tangan kirinya kubimbing untuk menggenggam zakarku. Meski mula-mula enggan, tapi lama kelamaan digenggamnya juga ‘garuda perkasa’-ku. Bahkan dipijit-pijit sehingga aku pun menggelinjang keenakan. “Shh.. shh..!” desisku sambil mengulum lidahnya.Tangan kananku, setelah membimbing tangan kiri Tante menggenggam zakarku lalu meneruskan perjalanannya ke celah paha Tante yang sudah basah. Kusibakkan rambut-rambut tebal itu, mencari celah-celah lalu menyisipkan jari telunjuk dan tengahku di situ. Kugerakkan ke keluar-masuk dan Tante mendesis-desis, genggamannya di zakarku terasa mengeras. Aku tidak tahan lagi.“Masukin ya, Tante?” bisikku, lupa pada janjiku. “Ja.. jangan, Ron..!” “Ak.. aku nggak tahan lagi, Tante..!” pintaku. “Di.. dijepit paha saja ya, Ron..?” Tanpa kusuruh, Tante lalu telentang dan mengangkangkan pahanya. Pelan aku menaikinya. Tante membimbing zakarku di antara pahanya sekitar sejengkal di bawah vagina, lalu menjepitnya. Ia menggerak-gerakkan pahanya sehingga zakarku terpelintir-pelintir nikmat sekali.Payudara besar Tante menekan dadaku juga. Tangan kiriku mengutil-ngutil puting kanannya.

Ciuman ke bibirnya kulanjutkan lagi, jemari tangan kananku juga terus berupaya memasuki vagina Tante dan mengocoknya. “Heshh.. heshh.. Ron.. mm..,” Tante sulit bicara karena mulutnya masih kukulum. “Tanganmu.. Ron..!” tangan kanan Tante berusaha menghentikan kegiatan tangan kiriku di putingnya, sedang tangan kanannya berusaha menghentikan kegiatan jemari kananku di vaginanya.Dipegangnya jemariku. Aku hentikan gerakan, tapi tiga jari tetap terendam di vagina basah itu dan kukutil-kutil kecil. putri77.com Sampai Tante tidak tahan dan mengangkangkan sedikit pahanya hingga jepitan pada zakarku terlepas. Cepat kutarik jemariku dari situ dan kunaikkan sedikit tubuhku sehingga sekarang ganti zakarku berada di pintu gerbang nikmat itu. Kepalanya malah sudah menyeruak masuk.“Hshh.. Ron, jangan dimasukkan..!” Tante buru-buru memegang zakarku, digenggamnya. “Tapi aku sudah nggak tahan Tante..” desisku. “Cukup kepalanya saja, Ron.. dan jangan dikocok..!” Tante memperketat genggamannya, sementara aku semakin memperderas tekanan ke vaginanya. “Ii.. ingat janjimu, Ron..!” “Ta.. tapi Tante juga ingin kan?” tanyaku polos. “Ii.. iya sih, Ron. Tante juga sudah nggak tahan. Tapi ini zinah namanya.” “Apa kalau tidak dimasukkan bukan zinah, Tante?” tanyaku bloon. “Bu.. bukan, Ron. Asal burungmu tidak masuk ke vagina Tante, bukan zinah..” aku jadi bingung. Terus terang tidak mengerti definisi zinah menurut Tante ini.“Kalau begitu, apa Tante punya jalan keluar? Kita sudah sama-sama terangsang berat. Tapi kita nggak mau berzinah.” “Egh.. gini aja Ron. Tante akan.. ugh.. mengulum punyamu. Turunlah sebentar..!”

Dan aku pun menurut, turun dari atas Tante dan telentang. Tante bangkit lalu memutar badannya dan mengangkangiku. Mulutnya ada di atas zakarku dan vaginanya di atas wajahku. Kurasakan ia mulai menggenggam dan mengulum ‘garuda perkasa’-ku. Dikulum dan digerakkan naik turun di mulutnya.Shiit.. hsshh.. nikmat sekali. Jemariku segera menangkap pinggulnya yang bergerak maju mundur dan segera kuselipkan empat jari kanan ke vaginanya. Kugerakkan cepat, malah agak kasar, keluar masuk sampai basah semua. “Ugh.. uughh.. uagh.. Ron..! Ron, Tante mau keluar, mm.. mm..” Tante terus mengulum sambil meracau. Sekejap kemudian tubuhnya berhenti bergerak, lalu pinggul yang kupegangi terasa berkejat-kejat. Kemudian cairan hangat membanjiri tanganku dan sebagian menetesi dadaku. Kurasakan cairan itu seperti air maniku hanya lebih encer dan bening.Tante kemudian terkapar kelelahan di atasku dengan posisi mulutnya tetap mengulum zakarku sambil mengocoknya. Tidak berapa lama, aku pun merasa mau keluar. “Egh.. egh.. Tante. Aku mau keluar..!” Tante malah mempercepat kocokannya dan memperdalam kulumannya. Aku berkejat dan muncrat memasuki mulut Tante dan ditelannya, semuanya habis ditampung mulut Tante. Akhirnya aku pun lemas dan ikut menggelepar kelelahan.Tangan-kakiku terkapar lemas ke kiri-kanan. Tante juga terkapar kelelahan namun mulutnya masih terus menjilati zakarku sampai bersih, barulah kemudian dia berbalik dan memelukku. Wajah kami berhadapan, mata Tante merem-melek.“Kalau yang barusan ini bukan zinah tante?” tanyaku lagi. “Bukan, Ron.. karena kamu tidak memasukkan burungmu ke vagina Tante.” jawabnya sambil mata memejam. Aku tidak tahu apakah jawabnya itu benar atau salah. Namun, setelah kupikir-pikir, aku lalu bertanya lagi,

“Jadi kalau begitu, boleh dong kita melakukan lagi seperti yang barusan ini, Tante?” “He-eh..” jawabnya sambil terkantuk-kantuk kemudian dengkur kecilnya mulai terdengar lagi.Jam enam pagi waktu itu. Aku pun segera menebarkan selimut lagi di atas tubuh polos kami dan memeluknya dengan ketat. Rasanya aku tidak mau melepaskan tubuh Tante walau sekejap pun. Persetan dengan pekerjaan, persetan dengan kuliah. Sengaja aku juga tidak mengingatkan Tante akan pekerjaan kami. Aku malah berharap menginap lagi semalam, biar ada kesempatan bersebadan dengan Tante lebih lama lagi. Sepanjang hari ini aku mau bercumbu terus dengan Tante, sampai spermaku keluar sepuluh kali lagi! Begitu angan-angan jorokku.Ya, akhirnya memang kami hari itu tidak keluar kamar dan memperpanjang menginap sehari lagi. Selama di dalam kamar, di atas ranjang, kami tidak pernah mengenakan pakaian barang selembar pun. Hampir setiap tiga jam sekali aku dan Tante sama-sama mengalami orgasme, meskipun hanya pakai bantuan tangan atau mulut dan lidah.Jam delapan pagi, sebelas, dua siang, lima sore, delapan malam, sebelas malam, dua pagi, lima pagi dan delapan paginya lagi kami selalu terkejat-kejat dan orgasme hampir bersamaan. Selama itu memang Tante masih selalu ingat untuk menolakku yang ingin memasukkan penisku ke vaginanya, dan aku pun menurutinya.Namun, akhirnya Tante terlena dan aku pun bebas memasukkan penisku ke vaginanya. Tentunya setelah kami pulang dari perjalanan bisnis berkesan itu, dan kembali pulang ke rumah. Kesempatan itu terbuka lebar karena memang aku suka tinggal di rumahnya.

KONTOL PANJANG GEDE BANGET

Pagi yang cerah itu Adi sendirian di rumah karena kuliahnya kosong hari itu, adiknya sudah berangkat sekolah, sedangkan orang tuanya pergi ke luar kota. Setelah bangun tidur (biasanya kalau libur dia bangun agak siang, kira-kira jam 9), Adi menuju kamar mandi. Segera disiramnya tubuhnya dengan air dingin yang segar. Selesai mandi dan berpakaian, dia menuju meja makan untuk sarapan. Setelah itu baca-baca koran sebentar, kemudian beranjak ke teras depan rumah. Sambil duduk-duduk, dia menatap ke rumah depan yang didiami oleh Mbak Ine dan suaminya Mas Anto, tetangganya yang sering bertandang ke rumah Adi untuk ngobrol-ngobrol bersama ibunya atau keluarganya. Mbak Ine adalah wanita yang cantik berumur kira-kira 28 tahun. Dia adalah seorang ibu rumah tangga yang modern, yang selalu mengikuti mode, sedangkan suaminya Mas Anto adalah tipe pria pekerja yang kadang selalu lupa waktu dan keluarga. Mas Anto umurnya kira-kira 35 tahun. Mereka berdua belum dikaruniai anak dan di rumah itu hanya tinggal bertiga bersama seorang pembantu yang berusia kira-kira 20 tahun serta seekor anjing Dalmatian peliharaan Mbak Ine. Mas Anto mempunyai perusahaan warisan orang tuanya yang cukup besar dan sukses, sehingga waktunya sering tersita untuk memikirkan perusahaannya daripada memikirkan istrinya yang cantik dan seksi kesepian di rumah yang cukup besar itu. Dia hanya ditemani pembantu dan anjing setianya. Adi sendiri adalah seorang mahasiswa komunikasi jurusan advertising di sebuah fakultas swasta terkenal.

Sambil melamun, Adi tiba-tiba ingat tugas fotografinya untuk mengambil obyek outdoor. Segera dia masuk ke kamarnya mengambil kamera dan kembali ke teras depan. Sambil berjalan di taman, dia mencari-cari obyek untuk dijepret, berharap ada kupu-kupu yang hinggap di atas bunga-bunga peliharaan ibunya. Nah, ada seekor kupu-kupu yang hinggap, segera dia pasang aksi seperti fotografer profesional untuk mengambil gambarnya. Baru asik-asiknya motret, Adi dikejutkan oleh sapaan Mbak Ine yang tiba-tiba saja sudah masuk ke dalam taman di rumahnya. “Eeeh… dik Adi… lho… kok ngga kuliah..? Baru ngapain tuh, motret yah..? Mbok motret Mbak Ine aja yang cantik ini daripada motret kupu-kupu..!” sapa Mbak Ine. “Aduh, saya kirain siapa… bikin kaget aja Mbak Ine ini… Anu Mbak, hari ini aku libur, eh… Mbak Ine mau cari Ibu ya..? Baru ke luar kota tuh Mbak, pulangnya mungkin lusa.” jawab Adi. Sekilas Adi melihat dandanan Mbak Ine hari itu, cantik sekali dia dengan kaos you can see-nya yang memperlihatkan lengannya yang putih mulus dan rok mininya di atas lutut memperlihatkan kedua kaki jenjangnya yang berbetis indah dan berpaha putih mulus. Rambutnya yang panjang berwarna agak kemerahan digerai dengan bandana menghiasi kepalanya. Bibirnya yang seksi berwarna merah disapu lipstik merah tipis, pokoknya dahsyat deh dandanan Mbak Ine. “Ahh… enggak, mbak cuma mau maen aja, abis bosen sendirian di rumah. Si Suli baru ke pasar, jadi Mbak nggak ada kegiatan apa-apa nih…” “Lho… Mas Anto apa udah berangkat Mbak..? Biasanya kan jam 10:00 baru ngantor..?” tanya Adi. “Udah, tadi pagi-pagi sekali jam 8:00. Katanya mau meeting sama kliennya di kantor. Paling pulangnya juga baru ntar malem…” jawab Mbak Ine sambil menghela napas panjang. “Dik Adi ngapain motret bunga segala..?” sambung Mbak Ine. “Ini nih Mbak, buat tugas mata kuliah fotografi. Motret obyek outdoor..!” jawab Adi. “Kalau gitu motret Mbak Ine aja, Mbak kan nggak kalah cantik sama model-model cover girl di majalah itu, ya nggak..?” sahut Mbak Ine.

“Iya deh, Adi percaya kok kalau Mbak cantik, seksi lagi… tapi apa mbak bersedia buat modelku. Kan ini nanti hasilnya untuk didiskusikan di depan kelas, Mbak…” “Kenapa enggak… siapa tau nanti ada produser atau talent scout atau dosenmu yang tertarik untuk mengontrak Mbak. Kan Mbak jadi terkenal… hi.. hi.. hi..” canda Mbak Ine. “Ngomong-ngomong kamu bilang tadi, Mbak seksi ya..? Apa bener githu..?” sambil tangan Mbak Ine mencubit pinggang Adi. Adi hanya tersenyum, dan kemudian menarik tangan Mbak Ine untuk mengarahkan gayanya jadi model pemotretan. Setelah 15 frame diambil Adi, sekarang Mbak Ine malah yang aktif merubah sendiri gayanya. Dia tundukkan badannya ke depan sambil tangannya menyangga tubuhnya di bebatuan kolam, rambutnya dibiarkan tergerai ke belakang. Tatapan matanya tajam ke depan menatap kamera, sedangkan bibirnya yang sensual terbuka sedikit. Adi mengambil posisi di depan Mbak Ine, dia terperangah memandang pose Mbak Ine sambil gemetar memegang kamera. Karena dari pose itu terlihat jelas gundukan payudara Mbak Ine yang kenyal dan indah itu menggantung di balik kaos you can see yang berpotongan leher rendah. Melihat keindahan duniawi itu, membuat Adi menelan ludah dan segera mengabadikannya sebanyak 5 frame. Setelah ganti pose, sekarang Mbak Ine duduk di atas bebatuan kolam sambil mengangkangkan kakinya lebar-lebar tapi tangannya diletakkan di depan selangkangannya sehingga menutupi celana dalamnya. Kepalanya dimiringkan sedikit dan bibirnya terbuka, tatapannya sayu seakan mengajak untuk tidur. Disuguhi pemandangan seperti itu, Adi blingsatan sendiri. Paha Mbak Ine yang mulus sekali serta betisnya yang indah, membuat Adi yang penggemar betis indah cewek ini ingin mengelus dan mengecup serta menjilatinya.

Celana dalam Mbak Ine yang mengintip nakal berwarna ungu, nampak menggembung indah menggambarkan bukit kemaluannya walaupun sedikit terhalang oleh tangan Mbak Ine. Payudara Mbak Ine yang mengkal berukuran 34B, tampak tercetak jelas dihimpit kaos ketatnya. Tanpa disuruh lagi, si Adi yunior di balik celana pendeknya menggeliat bangun. Setelah beberapa kali mengambil gambar, Mbak Ine melontarkan usul, “Dik Adi gimana kalo kita ganti setting? Ke rumah Mbak aja… kan nanti bisa di kolam renang segala. Entar Mbak bikinin spagheti kesukaan kamu deh… gimana..?” Adi terdiam sejenak, kemudian mengangguk setuju. Lalu Adi membereskan kameranya dan mengunci pintu rumah. Selanjutnya Adi mengikuti langkah Mbak Ine dari belakang. Sambil berjalan Adi menatap Mbak Ine yang berjalan di depannya, sungguh seksi sekali wanita ini. Cara berjalannya, lenggak-lenggok pinggulnya, pantatnya yang padat bulat tercetak ketat di rok mininya, paha mulusnya, betis indahnya, oooh, sungguh indah. Ingin rasanya Adi menikmatinya. Setelah masuk di dalam rumah, Mbak Ine mempersilahkan Adi menganggap sebagai rumah sendiri dan meminta Adi menunggu sebentar untuk ganti pakaian. Adi pun duduk di ruang tengah sambil nonton siaran TV kabel yang tidak terdapat di rumahnya. Adi memandang kagum rumah besar yang dihiasi perabotan moderen itu yang menggambarkan kesuksesan bisnis Mas Anto. Siro, anjing Dalmatian Mbak Ine tampak berlari-lari kecil menghampiri Adi dan duduk tenang di sisi kaki Adi.

Tidak lama, Suli pembantu Mbak Ine yang sudah pulang dari pasar, membawakan minum untuk Adi. “Monggo lho Mas Adi… diminum dulu airnya… saya ke belakang dulu, mau masak.” “Ehm… iya Sul… makasih yaa… kamu udah pulang to…?” jawab Adi. Suli ini memang usianya tidak berbeda jauh dengan Adi, dua tahun lebih muda dari Adi. Suli berasal dari Jawa Tengah, manis orangnya, putih kulitnya dan bisa dibilang seksi juga. Kalau diberi nilai, yah… 6 lah..! Adi sering juga mengintip si Suli ini kalau sedang menyiram taman dengan menggunakan celana pendek yang memamerkan paha mulusnya dan kaos ketat bekas pemberian Mbak Ine yang menampakkan gundukan payudaranya. Benar-benar terlihat masih murni dan belum terjamah lelaki. Tidak lama kemudian, Mbak Ine turun dari kamarnya di lantai atas mengenakan jas kamar dan kemudian menghampiri Adi, lalu duduk di sebelahnya. Mbak Ine kemudian mengobrol sebentar dengan Adi, dan berkeluh kesah serta curhat tentang kesepiannya ditinggal oleh Mas Anto yang super sibuk. Hingga tidak disangka, Mbak Ine tanpa risih pun bercerita tentang kehidupan seksualnya bersama suaminya kepada Adi. Adi pun walaupun segan, tetap berusaha mendengarkan dan menghibur Mbak Ine. Sesekali sambil curhat, Mbak Ine duduk tidak beraturan hingga jas kamarnya tertarik dan tampaklah paha putih mulus yang dihiasi bulu-bulu halus. Adi pun menelan ludah melihat keindahan itu, yuniornya mulai berontak di dalam celananya. Tiba-tiba Mbak Ine seperti tersadar kemudian berkata, “Aduh… sory ya, Di… Mbak kok malah jadi curhat. Padahal tadi kita kan mau pemotretan ya..? Ayo deh, kita langsung aja ke kolam renang di belakang,” sambil menggeret tangan Adi menuju ke kolam renang. Setelah sampai, Adi pun menyiapkan peralatannya, sementara Mbak Ine melepas jas kamarnya.

“Sudah siap Mbak..?” tanya Adi sambil membalikkan badan menatap Mbak Ine. Adi terkesiap melihat Mbak Ine memakai bikini yang hanya menutupi sedikit payudaranya dan secarik celana dalam menutupi kemaluannya hingga bulu-bulu kemaluannya sedikit keluar dari celana yang bisa dibilang hanya seperti secarik kain itu. Kontan yunior Adi pun berteriak, “Merdekaaa…” mengacungkan kepalannya, berdiri tegak di dalam celananya sehingga tampak sedikit menggembung bila dilihat dari luar. Mbak Ine yang melihat Adi melongo memandangnya hanya senyam-senyum saja, apalagi ketika Mbak Ine melihat tonjolan di celana Adi akibat kepalan merdeka yunior Adi. “Heh… Di… ati-ati, ada lalat masuk mulut kamu ntar…” Mbak Ine menyadarkan Adi. “Ehh.. Ehhmm.. ii.. iiya.. ya… Mbak…” jawab Adi gelagepan. Mbak Ine sengaja jalan melenggak-lenggok di depan Adi dan kemudian merebahkan diri di sisi kolam renang sambil mengangkangkan kakinya untuk menggoda Adi. Adi hanya bisa melotot menyaksikan tubuh indah Mbak Ine. “Di… ayo cepetan doong… dipotret. Kamu tuh kayak nggak pernah liat cewek pake baju renang aja..!” “Iii.. iii.. iiiyaa… iyaa… Mbak..” sambil tangannya gemetar memegang kamera dan menekan tombol. Akhirnya, setelah satu rol film dihabiskan di kolam renang, Mbak Ine tanpa memakai jas kamarnya lagi, menarik tangan Adi ke dalam lalu dibawanya ke lantai atas masuk ke kamarnya. “Eh… Mbak mau kemana niih..?” tanya Adi. “Ssst… udah diem aja, nanti kamu tau sendiri..!” jawab Mbak Ine. Di dalam kamar yang luas terdapat sebuah tempat tidur besar, satu televisi 29 inchi dan perangkat stereo canggih, serta AC yang dingin. Adi menjadi semakin terbengong-bengong, sementara Mbak Ine langsung mengunci pintu kamar itu.

“Mbak… maaf, kita mau ngapain di sini..? Rasanya saya nggak pantes deh di sini. Ini kan kamar Mbak Ine sama Mas Anto.” kata Adi. Mbak Ine mendekati Adi, meletakkan telunjuknya di mulut Adi, dan menyuruh Adi untuk diam. “Di… udah lama Mbak nggak pernah dipuji sama cowok, apalagi sama Mas Anto. Tadi Mbak seneng kamu bilang Mbak ini cantik dan seksi.” kata Mbak Ine. “Mbak pingin kamu potret Mbak dalam keadaan bugil..! Kamu mau khan… tolong Mbak… please… ya Di… Nanti kamu boleh melakukan apa aja yang kamu mau sama Mbak.” lanjut Mbak Ine. Adi terdiam, tapi matanya masih nakal melihat puting payudara Mbak Ine yang menonjol di penutup dadanya. Tanpa menunggu persetujuan Adi, Mbak Ine melepas penutup dadanya, sehingga sekarang terlihatlah kedua payudaranya yang bulat kencang dan indah itu menantang Adi. Mbak Ine kemudian menyalakan TV dan stereo set lalu menyetel VCD porno. Suara ah.. uh.. ah.. uh.. dari VCD terdengar keras, “Nggak pa..pa…. Di, kamar ini kedap suara kok. Jadi nggak bakalan ketauan kita ngapa-ngapain di sini.” kata Mbak Ine seakan-akan tahu akan kekhawatiran Adi. Mbak Ine mulai menggoyangkan badan meliuk-liuk seperti penari striptease ditingkahi suara VCD porno sambil tangannya menyusuri tubuhnya. Mulai dari payudaranya diremas-remas sendiri hingga dipermainkan putingnya, lalu turun ke perut dan kemudian masuk ke celana kecil dan bermain-main di vaginanya. Matanya merem-melek menikmati permainannya sendiri. Sementara Adi gemetaran mengambil gambar Mbak Ine, konsentrasinya terbelah, antara mengambil gambar dan terangsang nafsu birahinya. Adi kemudian mendekat dan merebahkan dirinya di lantai kamar yang berkarpet itu untuk mengambil gambar Mbak Ine yang setengah bugil itu menari-nari di atasnya. Setelah jeprat-jepret, kemudian Mbak Ine yang masih mengangkanginya itu menarik tangan Adi dan membimbingnya menyentuh bukit kemaluan yang masih tertutup itu. Mbak Ine mendesis-desis dan menggeliat-geliat, Adi jadi terpana tidak menyangka Mbak Ine yang cantik dan yang selama ini dikenalnya itu bisa berubah menjadi liar seperti ini.

Kemudian Mbak Ine menurunkan badannya, jongkok di atas Adi dan kemudian menindih Adi. Sekarang bukit kemaluannya menekan keras yunior Adi yang sama-sama masih tertutup celana itu. Adi sendiri masih terus mengintai dari balik kamera dan menjepret ekspresi Mbak Ine yang sedang dalam keadaan terangsang hebat. Mbak Ine menggoyang-goyangkan pinggulnya dan mau tak mau Adi keenakan dan segera meletakkan kameranya di lantai. Kemudian Mbak Ine membungkuk dan mencium bibir Adi, dan Adi pun membalas sehingga mereka sekarang saling mengulum. Adi memeluk punggung halus Mbak Ine sehingga payudaranya yang bulat itu menekan kuat di dada Adi. Sejenak kemudian mereka melepaskan diri. Mbak Ine kemudian melepas celananya sehingga sekarang 100 persen bugil. Rambut kemaluannya yang lebat tapi rapih itu terlihat menggairahkan. Adi yang sudah pernah menyetubuhi ceweknya itu pun tidak tinggal diam, dia juga melepas pakaiannya sehingga mereka berdua bugil sekarang. Mbak Ine kemudian duduk di pinggir tempat tidur dan merebahkan tubuhnya, lalu Adi jongkok di depan selangkangannya dan membuka kedua paha Mbak Ine lebar-lebar. Adi kemudian menciumi betis indah Mbak Ine dan menjilatinya bergantian kanan-kiri. photomemek.com Tangannya meraba-raba paha mulus Mbak Ine. Ciuman dan jilatan itu mulai naik ke paha dalam, terus sampai ke selangkangan dan sampailah ke klitoris. “Oooohh…. aaahh…. Adiii…. trusss… Diii…. jilat terus sayang….”Adi pun dengan rakusnya terus menjilati dan menjorokkan hidungnya ke klitoris dan vagina Mbak Ine. Mbak Ine merapatkan pahanya ke kepala Adi untuk mendapatkan jilatan Adi yang intens itu. Hingga sampai suatu saat, tubuh Mbak Ine mengejang kuat dan berteriak keras, rupanya Mbak Ine sudah mencapai orgasmenya yang pertama. Adi pun terus menjilati cairan kenikmatan yang keluar dari liang senggama Mbak Ine dengan rakusnya. Setelah itu Adi bangkit dan mengelap wajahnya yang basah karena cairan kenikmatan dengan tangannya, lalu memandang Mbak Ine yang masih terengah-engah memejamkan mata sambil terbaring menghayati orgasmenya baru saja. Adi kemudian merebahkan diri di ranjang di samping tubuh bugil Mbak Ine, lalu Mbak Ine pun bangkit dan meraih kejantanan Adi yang tegak keras itu. Dielus-elus dengan lembut dan diciuminya kemaluan Adi, “Hmm… I like it… yummy…” ceracau Mbak Ine. Kemudian dikocoknya pelan, terus meningkat cepat sampai Adi merem-melek tidak karuan gerakannya. Setelah itu, Mbak Ine membungkukkan kepalanya dan mulai memasukkan kejantanan Adi ke dalam mulutnya. Dikenyot-kenyot dan dihisap-hisap dengan kuat hingga Adi kelabakan karena diberi kenikmatan seperti itu.

Adi merasa nikmat sekali, kalah jauh pacarnya jika dibandingkan dengan Mbak Ine. Adi merasa ada yang mau mendesak keluar dari kemaluannya namun ditahannya kuat-kuat sambil menarik kepala Mbak Ine untuk melepaskan kulumannya di penis Adi. Adi tidak mau spermanya terbuang sia-sia di mulut Mbak Ine, dia maunya menumpahkan spermanya di liang senggamanya Mbak Ine atau minimal di paha atau betisnya. Mbak Ine menatap Adi dengan nanar, kemudian menggulingkan tubuhnya di samping Adi dan berkata, “Ayo Adi sayang, perbuatlah apa yang kamu suka… nggak usah takut… berikan Mbak perlawanan kamu yang hebat… sayang… Come on, honey…” Adi pun tanpa basa-basi lagi, lalu menggumuli tubuh indah Mbak Ine, melumat bibir sensualnya, menciumi setiap inci tubuhnya hingga Mbak Ine menggelinjang. Meremas-remas payudaranya, mencaploknya dan menjilati putingnya dengan penuh nafsu. Terus menjilatinya dengan tujuan ke arah vagina, terus turun ke paha dan betis hingga tubuh Mbak Ine yang putih dan sintal itu sekarang basah oleh jilatan Adi. “Auuh… oooh… aaahhh… ehhmmm… trusss… sayy… aaahhh…” Mbak Ine menggelinjang terkena tarian lidah Adi. “Ayo sayaang… mana punya kamu… siiniii… shhh… cepeett… masukiiin… ooohh…” tangan Mbak Ine dengan tidak sabar menarik kejantanan Adi ke selangkangannya. Adi pun mengerti dan maklum apa yang diinginkan Mbak Ine yang mungkin sudah lama tidak disentuh oleh Mas Anto, suaminya. Adi pun segera menempelkan kejantanannya ke bibir kemaluan Mbak Ine dan menggesek-gesekkannya di sana. Mbak Ine menggerak-gerakkan kepalanya tidak karuan hingga rambutnya kusut mendapat gesekan kenikmatan dari Adi. Perlahan, kemudian Adi mengarahkan kepala penisnya ke depan lubang kenikmatan Mbak Ine, ditekannya.

“Sluupss…” meleset, dicobanya lagi, “Sluppss…” meleset lagi. Mbak Ine menggelinjang karena kejantanan Adi yang meleset itu mengenai klitorisnya. Lalu Mbak Ine membantu menuntun kemaluan Adi, dan Adi menekan kuat-kuat hingga, “Bless…” masuklah kepala kejantanan Adi ke dalam lubang kemaluannya. “Auuuh… sayy… pelan… sakiiit… punya kamu gede banget…” jerit Mbak Ine. Adi pun merasa linu karena kepala batang kejantanannya dijepit vagina Mbak Ine yang super sempit itu. Dicobanya menekan pelan-pelan hingga masuk perlahan-lahan batang penisnya. Dibantu dengan goyangan pinggul Mbak Ine, Adi menekan terus secara perlahan hingga masuklah semua batang kemaluannya ke dalam liang senggama Mbak Ine. Sejenak Adi diam merasakan rasa nikmat penisnya dijepit bibir kemaluan super sempit Mbak Ine. “Mbak sayaang… masih sakiit enggak..? Kalo masih sakit, udahan aja deh… kasihan Mbak nanti.” “Jangan… jangan dicabut… teruskan sayang… udah nggak sakit kok..!” spontan tangan Mbak Ine memeluk erat bahu Adi dan kakinya dilingkarkan di pinggang Adi. Mendengar itu, Adi kemudian mulai melakukan gerakan penisnya maju-mundur. Lama kelamaan, gerakan itu semakin cepat dan cepat dan yang terdengar hanya dengusan nafas Adi dan desahan kenikmatan Mbak Ine. Adi memperlambat gerakannya untuk menurunkan tensi permainan, dan bangkit duduk sambil merengkuh tubuh Mbak Ine. Hingga sekarang, mereka berdua posisinya berhadapan berpangkuan, Adi terus menusuk-nusukkan kejantanannya sampai tubuh Mbak Ine menggelosor jatuh berbaring kembali di ranjang. Adi mengganti posisi, sekarang dia berdiri di atas lututnya menusuk-nusukkan kejantanannya ke kemaluan Mbak Ine sambil tangannya merengkuh kaki Mbak Ine yang kiri, diciumi dan dijilati betisnya. Kembali ke posisi konvensional, sambil bergulingan Adi berpindah posisi membuat Mbak Ine bergerak di atas tubuhnya. Sekarang Mbak Ine yang aktif bergerak di atas tubuhnya. Mbak Ine merasa nikmat sekali dengan posisi demikian karena bisa mengontrol masuknya penis ke vaginanya.

Tak lama kemudian, terasa denyutan teratur di dinding kemaluan Mbak Ine, Adi pun membantu memompa dari bawah dan memasukkan kejantanannya lebih dalam lagi. “Aaaw… sayaaang… akuuu mmaauu… ke… keeluu… aaarrr… aaahhh…” dan “Creet… creeet…” cairan hangat keluar dari liang senggama Mbak Ine membasahi batang penisnya hingga keluar sampai pangkal kemaluannya. Itulah orgasme kedua Mbak Ine. Mbak Ine pun menggelosor lemah menindih tubuh Adi sambil memeluk Adi erat. Adi mengelus-elus rambut panjang Mbak Ine dan punggung halus mulusnya sementara tangan yang satunya meremas-remas pantat bulat Mbak Ine. Mbak Ine sudah dua kali orgasme, sementara Adi belum keluar sama sekali, hingga setelah beberapa saat, keduanya terdiam, Adi mulai kembali memegang peranan. Dengan masih berpelukan, mereka berguling berganti posisi dengan penis masih di dalam vagina hingga kembali ke posisi konvensional. Diciumnya dengan lembut bibir sensual Mbak Ine dan dibalas dengan permainan lidah. Kembali Adi meremas-remas payudara Mbak Ine dan memainkan putingnya hingga Mbak Ine kembali terangsang. Adi mulai melakukan gerakan maju-mundur kejantanannya dan makin lama makin cepat. “Plok… plok… plok…” suara selangkangan mereka berdua bertabrakan. “Crop… cropp… cropp…” suara kemaluan Mbak Ine yang masih basah oleh cairan kenikmatan dirojok senjata tegangnya Adi. Hingga tidak lama kemudian, Adi ingin keluar, “Oooh… Mbak… aaahh… akuuu… mmmaauuu keluuuaaarrr…” “Terusin sayang, hehm…. oooh… kluarin di dalem ajaaa… saayyy… aaahhh…” jawab Mbak Ine. Sebelum air mani Adi memancar, Mbak Ine kembali orgasme, hingga akhirnya setelah itu “Crooot… crooot… crooot…” air mani Adi dengan sukses keluar di dalam liang senggama Mbak Ine. Terkabullah sudah keinginan Adi. Mbak Ine masih melingkarkan kakinya di pinggang Adi dan tangannya memeluk erat bahu Adi sambil pinggulnya digoyang-goyangkan. Lima menit Adi mempertahankan posisi itu hingga terasa lemas. Penisnya mengkerut di dalam vagina Mbak Ine untuk relaksasi.

“Adi sayaaangg… kamu hebat deh… Mbak suka sama permainan kamu. Kalau kamu pingin lagi, jangan malu-malu bilang ama Mbak yach..! Ntar mbak kasih yang lebih dahsyat lagi… Oke sayang…” sambil mengecup bibir Adi dengan mesra. “Mbak juga hebat… punya Mbak masih sempit dan enak jepitannya… apalagi goyangannya… wauw…” puji Adi. Seperempat jam lamanya mereka berdua saling memuji, hingga akhirnya berbenah diri dan memakai kembali pakaian mereka masing-masing. Tanpa mereka sadari, mulai dari permainan tadi, si Suli, pembantu Mbak Ine mengintip perbuatan mereka berdua di dalam kamar dari lubang kunci sambil masturbasi sendiri. Suli sungguh terpesona dengan besarnya kejantanan lelaki seperti milik Adi yang baru dilihatnya pertama kali. Dengan mengintip dan masturbasi itu Suli pun mendapatkan orgasmenya yang baru pertama kali dirasakan itu hingga celananya basah. ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts